DAMPAK OPERASIONAL JALAN TOL MOJOKERTO – SURABAYA TERHADAP KINERJA JEMBATAN TIMBANG TROSOBO DAN KINERJA PERKERASAN JALAN DI SEKITARNYA

Authors

  • Bondan Fariz Rahman Dan Nur Illiyin Staff Ruang Baca Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
  • Hendi Bowoputro
  • Harnen Sulistio

Abstract

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan zona industri yang luas. Zona industri yang luas tersebut mengakibatkan tingkat distribusi barang semakin tinggi. Tingginya tingkat distribusi barang tersebut tentu memerlukan pergerakan kendaraan berat angkutan barang yang tinggi pula. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kontrol dari pemerintah untuk mengawasi muatan barang yang dibawa kendaraan berat dengan mengoperasikan jembatan timbang. Namun, saat ini kontrol Jembatan Timbang Trosobo (JT Trosobo) yang mengontrol kendaraan berat dari Mojokerto dan sekitarnya menuju ke Kota Surabaya masih belum maksimal. Kontrol jembatan timbang tersebut akan semakin menurun apabila Jalan Tol Mojokerto-Surabaya sudah beroperasi karena akan menyebabkan peralihan rute kendaraan. Oleh karena itu, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui kondisi kontrol muatan pada JT Trosobo, dampak dari tidak terkontrolnya muatan kendaraan berat angkutan barang terhadap jalan di sekitar Jalan Tol Mojokerto – Surabaya dan JT Trosobo, dan pemilihan lokasi jembatan timbang baru dari beberapa alternatif untuk meningkatkan kontrol pemerintah terhadap muatan kendaraan berat.

Dari hasil analisis  kondisi kontrol muatan, didapatkan tingkat persentase kontrol muatan JT Trosobo saat ini adalah sebesar 41,8% dan diprediksi akan menurun menjadi 23% setelah jalan tol beroperasi. Dari analisis penurunan umur rencana jalan yang dilakukan dengan menghitung persentase peningkatan VDF (Vehicle Damage Factor) masing-masing golongan kendaraan, prediksi penurunan umur rencana dalam sepuluh tahun umur rencana jalan adalah 2,9 tahun pada Jalan Legundi 1, 3,1 tahun pada Jalan Gubernur Sunandar, dan 2,8 tahun pada Jalan Legundi 2. Penurunan umur rencana jalan tersebut menyebabkan pemerintah mengalami kerugian biaya yaitu senilai Rp. 62.380.880 per km jalan. Dari hasil analisis AHP, alternatif 1 yang berlokasi di Jalan Gubernur Sunandar memperoleh skor 0,75, alternatif 2 yang berlokasi di Jalan Bypass Krian memperoleh skor 0,72, dan alternatif 3 yang berlokasi di Jalan Legundi 1 memperoleh skor 0,66. Sehingga alternatif terbaik yang dapat dijadikan lokasi jembatan timbang baru adalah alternatif 1.

Kata kunci: jembatan timbang, kendaraan berat, umur rencana jalan, AHP (Analytic Hierarchy Process).

Downloads

Published

2018-01-22

Issue

Section

TRANSPORTASI (TRANSPORTATION)